Kamis, 31 Juli 2008

Wisata Religi di Karawang


Situs CIKUBANG
Situs Cikubang adalah Makam Mbah Rubiah, beliau berasal dari Demak pada Abad ke 18 menyebarkan Agama Islam di Dearah Karawang.Mbah Rubiah banyak menulis Naskah dalam Hurf Arab, sampai saat ini Naskah Kuno berhuruf Arab tersebut masih terpelihara.Pada malam - malam tertentu banyak Pe Ziarah yang datang untuk ber Do'a dan Tawasulan ditempat ini.Lokasi : Desa Dawuan Tengah, Kecamatan Cikampek, Kabupaten KarawangJarak : 18 km dari Pusat Kota Karawang
Vihara SHIA JIN KU PO.
Vihara SHIA JIN KU POVihara Shia Jin Ku Po didirikan pada tahun 1770 oleh tiga pendatang dari Tiongkok, bernama Tsee, Kau dan Lau, tempat ini adalah tempat menyimpan Abu Jenazah Leluhurnya, kemudian mendirikan Bangunan sederhana yang merupakan Cikal Bakal Vihara Shia Jin Ku Po.Vihara ini melaksanakan 2 Hari Besar yaitu She pada tanggal 12-15 Tahun Imlek, dan setiap tanggal 1 dan 15 setiap bulan. Ditempat inipun terdapat Vihara Budha Dhama.Lokasi : Desa Tanjungpura, Kecamatan Karawang, Kabupaten KarawangJarak : 4 km dari Pusat Kota Karawang

MANGGUNG JAYA
Di Desa Manggung Jaya Komplek Pemakaman para mantan Bupati berada, di komplek Makam ini semula hanya Bupati Pertama yaitu Raden Singaperbangsa, demi memudahkan penyelenggaraan Upacara yang berkaitan dengan berdirinya Kabupaten Karawang, maka Makam Para Bupati Tempo Dulu dipindahkan ke Komplek Pemakaman ini.Lokasi : Desa Manggung Jaya, Kecamatan Cilamaya, Kabupaten KarawangJarak : 40 km dari Pusat Kota Karawang

Makam NYI MAS RARA SANTANG
Nyi Mas Rara Santang atau Nyi Mas Ratu Gamparan, adalah Putri Raja Pajajaran yang bernama Raden Pamanah Rasa bergelar Prabu Siliwangi dari Permainsuri yang bernama Nyi Subanglarang, beliau adalah murid pertama Pesantren Syech Quro.Nyi Mas Rara Santang meninggalkan Kerajaan Pajajaran, menyusul Kakaknya Raden Walang Sungsang yang sedang mencari Syariat Agama Islam.Dalam kejaran tentara Kerajaan Pajajaran beliau keluar masuk hutan, karena kakinya bengkak di satu Dusun beliau beristirahat dibawah pohon kosambi sambil bersemedi, lalu beliau menggali tanah hingga keluar mata air yang kemudian disebut Air Suci.Sampai saat ini Makam Nyi Mas Rara Santang masih didatangi Masyarakat untuk Ziarah, karena beliau adalah Penyebar Agama Islam di Karawang.Lokasi : Desa Jayakerta, Kecamatan Jayakerta, Kabupaten KarawangJarak : 30 km dari Pusat Kota Karawang

Makam SYECH QURO
Di Desa Pulokelapa Makam Penyebar Agama Islam pertama di Kabupaten Karawang yaitu Syech Quro, Nama aslinya ialah Syech Hasanuddin yang berasal dari Gujarat, nama Syech Quro adalah gelar yang diberikan Masyarakat karena beliau adalah Ulama yang Arif Bijaksana dan sangat Hafidz Al Qur'an.Setiap Malam Sabtu banyak Masyarakat ber Tawasul dan Wirid di Makam ini, memanfaatkan Do'a kepada Allah SWT untuk mohon ampunan dan keselamatan serta mengenang Jasa Beliau sebagai Penyebar Agama Islam di Karawang.Lokasi : Desa Pulokelapa, Kecamatan Lemah Abang, Kabupaten KarawangJarak : 28 km dari Pusat Kota Karawang

Makam KI BAGUS JABIN
Ki Bagus Jabin adalah Raden Krama Wangsa, putra Demang Surapersada Bin Ki Bagus Urang atau Raden Surajatikusni, Putra Sinuhun Kasepuhan Cirebon.Ketika terjadi Perang Bantarjati pada tahun 1809-1811 disepanjang daerah Pantai Utara, setelah itu terjadi kesepakatan damai dan Kerjasama antar pihak kompeni dan Kesultanan Cirebon, Ki Bagus Jabin dan para Pemuda tidak setuju karena Kompeni terkenal dengan kelicikannya.Ketidaksetujuan Ki Bagus Jabin dipolitisir oleh Kompeni sebagai pembangkangan dan Pemberontakan kepada Penguasa, akhirnya Sinuhun Sultan Cirebon memerintahkan penangkapan, tetapi karena Pertalian Keluarga antara Abdi Dalem dan para Keluarga Ki Bagus Jabin memutuskan untuk meninggalkan Cirebon, cara ini demi menjaga Perang Saudara dan Keutuhan Keluarga.Dalam perjalanan meninggalkan Cirebon, sampailah beliau di Daerah Cikampek Pustaka dan Wafat serta dimakamkan di daerah ini, sampai saat ini banyak yang ber Ziarah dan Tawasulan, untuk mengenang dan mendo'akan Ki Bagus Jabin sebagai Penyebar Agama Islam di Karawang.Lokasi : Desa Cikampek Pusaka, Kecamatan Cikampek, Kabupaten KarawangJarak : 26 km dari Pusat Kota Karawang




Bendungan dan Danau di karawang




Bendungan Walahar

Bendungan PARISDO (WALAHAR)

Bendungan Parisdo atau Walahar adalah bendungan yang dibuat oleh Belanda pada Tahun 1925 atau pada masa penjajahan, dengan tujuan untuk menahan banjir di wilayah Utara Kabupaten Karawang dan mengairi persawahan Wilayah Karawang dan Wilayah Subang.
Saat ini Bendungan masih berdiri dengan kokoh, udara di lingkungan bendungan Walahar sangat sejuk, karena hempasan air dari bendungan terbawa oleh angin yang tertiup sepoi - sepoi, sehingga bendungan ini dijadikan tempat Wisata oleh Remaja ataupun Remako yang sedang kasmaran.Disekitar bendungan ini berdiri Warung - warung sederhana dengan Menu Utamanya adalah Ikan Jambal dan Pepes Ikan Kecil - kecil seperti impun, adapula yang digoreng kering rasanya renyah dan ngerekes, makan di warung disini tidak akan menguras kantong Anda, karena harganya cukup murah namun kesannya tidak akan terlupakan.Lokasi : Desa Walahar, Kecamatan Klari, Kabupaten KarawangJarak : 10 km dari Pusat Kota Karawang

Danau KALIMATI
Danau Kalimati terjadi karena Alam, dimana Kali Citarum berubah aliran dari berbelok menjadi lurus, sehingga bekas aliran sungai tersebut terbendung maka jadilah Danau yang panjang dan luas ini.Pada bagian depan Danau ini telah berdiri Warung - warung makan sederhana dengan Menu bervariasi, dari sate maranggi hingga jajanan umum seperti bakso dan lainnya, tersedia pula Warung Makan Lesehan dengan posisi menghadap ke arah Danau yang Panoramanya cukup Indah dan Nyaman.Lokasi : Desa Walahar, Kecamatan Klari, Kabupaten KarawangJarak : 11 km dari Pusat Kota Karawang
Danau CIPULE
Danau Cipule terjadi karena sisa explotasi manusia dengan penambang pasir, danau ini persis di pinggir Kali Citarum selain luas juga cukup dalam, namun Alam telah merubahnya sehingga terbentuk keindahan Alam di sekitar danau tersebut.Di Danau inilah Lomba Dayung pada PORPROV X JABAR dilaksanakan, juga digunakan untuk Lomba Dayung YUNIOR ASEAN pada tahun 2006.Lokasi : Desa Walahar, Kecamatan Ciampel, Kabupaten KarawangJarak : 11 km dari Pusat Kota Karawang
Situ KAMOJING
Danau atau Situ Kamojing adalah daerah resapan air, berada Kawasan Hutan Konservasi yang sering dijadikan Lokasi Shooting Film atau Sinetron.Disekitar Situ Kamojing telah berdiri Restoran dengan Gaya Klasik Modernm juga tersedia ajang Rekreasi bagi Anak - anak dan Dewasa, di Lingkungan ini pula telah dibangun Hotel dengan Fasilitas Bintang Tiga.Lokasi : Desa Dawuan, Kecamatan Cikampek, Kabupaten KarawangJarak : 22 km dari Pusat Kota Karawang

Wisata Pantai di Kaeawang




Pantai TANJUNG PAKIS

Pantai Tanjung Pakis berada di ujung Utara Karawang, pantai pasir putih dengan ombak yang mengalun tenang dan indah, ini dikarenakan Pantai Tanjung Pakis terletak pada teluk di semenanjung antara Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang, panjang pantai 7 km meliputi Blok Bungin, Karangjaya dan Pakis I denagn luas 305 Ha.
Di pantai ini telah tersedia Penginapan dengan fasilitas AC dan TV, juga tersedia dengan fasilitas biasa, Warung Makan Tradisional dengan menu Ikan Bakar terhampar disepanjang pantai ini, tersedia pula Panggung Hiburan dengan Live Show Dangdut setiap Liburan Akhir Pekan, tersedia pula penyewaan perahu tradisional dan sarana bilas setelah puas berenang di laut yang jernih dan tenang.Lokasi : Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten KarawangJarak : 70 km dari Pusat Kota Karawang
Pantai SAMUDERA BARU
Pantai Samudera Baru merupakan pantai wisata andalan Kabupaten Karawang setelah Tanjung Pakis, di pantai ini telah tersedia sarana - sarana Wisata Pantai, pantai dengan pasir putih dan ombak mengalun tenang, indah dan asri.Di pantai ini telah tersedia Warung Makan Tradisional dengan Manu Ikan Bakar terhampar di sepanjang pantai ini, tersedia pula Panggung Hiburan dengan Live Show Dangdut pada hari libur besar, penyewaan perahu tradisional dan sarana bilas air bersih setelah puas berenang di laut.Lokasi : Kecamatan Pedes, Kabupaten KarawangJarak : 30 km dari Pusat Kota Karawang
Pantai TANJUNG BARU
Pantai Tanjung Baru berada di ujung Utara sebelah Timur, pantai ini hampir tidak jauh berbeda dengan pantai lainnya yang ada di Kabupaten Karawang, Pantai Tanjung Baru terletak pada teluk di semenanjung antara Kabupaten Subang dan Kabupaten Karawang.Di pantai ini telah tersedia Warung Makan Tradisional dengan Menu Ikan Bakar terhampar disepanjang pantai ini, tersedia pula Panggung Hiburan, Pasar Tradisional dan Penginapan dengan fasilitas sederhana, tersedia pula penyewaan perahu tradisional dan sarana bilas air bersih setelah puas berenang di laut.Lokasi : Kecamatan Cilamaya, Kabupaten KarawangJarak : 45 km dari Pusat Kota Karawang

Pesona Sanggabuana



Curug CIGENTIS
Curug Cigentis merupakan Sarana Wisata Unggulan Kabupaten Karawang, Curug ini berada dibawah kaki Gunung Sanggabuana, Panorama sepanjang jalan sangatlah indah, asri, jauh dari polusi udara yang ada di Kota Besar.Walaupun jalan menuju Curug ini hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki sejauh 2 km dari tempat parkir kendaraan, namun dengan suguhan pemandangan alam yang memikat, tidak akan terasa kita telah Wisata sambil ber Olahraga yang membuat sehat karena udara yang bersih.Air jernih yang mengalir di sungai kecil sepanjang jalan, membuat kita terpana akan keindahan Alam yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.Lokasi : Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten KarawangJarak : 44 km dari Pusat Kota Karawang
Curug CIPANUNDAAN
Curug Cipanundaan berada di kaki Gunung Sanggabuan dengan 3 (tiga) buah Curug jadi satu dalam satu areal seperti tangga, curungan air ditunda dalam kolam kesatu, turun lagi di kolam kedua, turun lagi ditunda dalam kolam ketiga, jalan ke Air Terjun Cipanundaan adalah masih Perawan dengan jalan setapak berliku-liku, naik turun, melewati sungai berbatu besar, sebelah kanan tebing disebelah kiri jurang dengan sungai.Air Terjun ini baru ditemukan oleh Masyarakat setempat, dan Expedisi Wisata dengan Ketua Team Drs. AA Nugraha MK Kepala Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya Kabupaten Karawang pada saat itu.Wisata ke Curug Panundaan sangat berat dan menantang, namun Panorama indah dan masih Asli serta belum terjamah oleh tangan - tangan jahil, memberikan kesan yang tak akan terlupakan.Lokasi : Desa Kutamaneuh, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten KarawangJarak : 42 km dari Pusat Kota Karawang
Curug BANDUNG
Curug Bandung merupakan Keajaiban Alam dengan 7 (tujuh) air terjun dalam satu aliran sungai, dari mulai Curug Peuteuy, Curug Picung dan yang terbesar adalah Curug Bandung, Curug ini berada dibawah kaki Gunung Sanggabuana, perjalanan menuju Curug ini cukup berat yaitu jalan kaki sejauh 3 km, tetapi Panorama Alam sangatlah Indah, Asri, jauh dari polusi udara yang ada di Kota Besar. Walaupun jalan menuju Curug ini hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki Wisata sambil ber Olahraga yang membuat sehat karena udara yang sehat dan bersih.Lokasi : Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten KarawangJarak : 42 km dari Pusat Kota
Curug CIKARAPYAK
Curug Cikarapyak berada diatas Curug Cipanundaan, perjalanan sangat berat karena hanya jalan setapak menelusuri sungai berbatu, menibir tebing naik turun, menerabas semak belukar dan hutan belukar.Perjalanan menuju curug ini walaupun berat, kita akan melintasi Panorama Alam yang sangat mempesona, indah, alami dan banyak air terjun kecil yang berelif unik dan tak mungkin ada pada sungai sejenis di beberapa daerah lainnya di Indonesia.Wisata ke Curug Cikarapyak hanyalah bagi orang - orang yang benar - benar mencintai Alam dan Petualang pencari tantangan alam yang ingin menikmati suasana hutan dengan keanekaragaman Flora dan Fauna yang orisinil.Lokasi : Desa Kutamaneuh, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten KarawangJarak : 42 km dari Pusat Kota Karawang
Curug CIKOLEANGKAK
Curug Cikoleangkak adalah air terjun terakhir, curug ini berada diatas Curug Cikarapyak dan Curug Cipanundaan, untuk mencapai air terjun ini perlu Stamina dan Keberanian merambah Hutan Rimba.Perjalanan menuju curug Cikoleangkak adalah cukup menegangkan, kita akan melintasi Hutan Rimba yang mungkin dijamah oleh manusia dalam hitungan jari menibir tebing padas dan batu yang terjal dan jurang yang dalam, meniti ketinggian dengan hanya berpegangan pada akar atau batu yang menonjol, menerabas semak belukar, menelusuri sungai berbatu besar dan puluhan air terjun kecil dengan Relief dan Motif yang unik mungkin langka di temukan di daerah lainnya di Indonesia.Wisata ke Curug Cikoleangkak hanyalah bagi orang - orang yang benar - benar Pencinta Alam Sejati dan bagi anda pencari tantangna alam yang memacu Adrenalin.Lokasi : Desa Kutamaneuh, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten KarawangJarak : 42 km dari Pusat Kota Karawang

Situs Candi Jiwa di Karawang



Situs Candi Jiwa adalah salah satu dari 17 Situs di Areal Situs Batujaya, disebut juga Situs Segeran 2 atau oleh Masyarakat setempat disebut Hunyur (Unur) Jiwa. Situs Candi ini berukuran 19 x 19 m dengan ketinggian 4,7 m dari permukaan sawah, pada bagian atas terdapat sejumlah bola tersusun melingkar diperkirakan adalah tempat Stupa.Situs Candi Jiwa terbuat dari bata merah, dan hasil Carbon Dating menunjukan pada satu sisi menunjukan abad ke IV dan pada sisi lainnya menunjukan Abad ke VII Masehi, masa itu adalah Masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara.Pada areal ini telah di exavasi pula Situs Candi Blandongan yang jaraknya hanya 100 m.


Situs CANDI BLANDONGAN
Situs Candi Blandongan adalah Candi dengan struktur pasangan batu bata, pada Candi ini juga ditemukan lantai Cor Beton menurut analisa adalah campuran batu koral, kapur kulit kerang dan pasir atras, Candi ini berukuran 24,6 m x 24,6 m dengan ketinggian 4,9 m dari permukaan sawah, di Candi ini juga ditemukan meterai - materai dalam keadaan utuh sebanyak 10 buah dan sejumlah pecahan. Hasil Analisa Coedes Meterai - materai termasuk Typologi 1 yang berkembang pada masa Dvaravati, adegan menceritakan Keajaiban Srasvati dari naskah Diyavadana dari aliran Sarvasteveda, Aliran dari Threvada.Dari hasil perbandingan dengan Materai - materai yang ada di Asia Tenggara, ternyata Materai - materai yang ditemukan di Candi Blandongan ada persamaan dengan materai - materai Kha Ok Dalu Phattalung di Thailand Selatan, Periode Dvaravati Abad ke 6-7 Masehi.Tahun 2001 ditemukan kerang bersama Fragmen Perunggu, hasil Analisa Carbon Datting yaitu Abad ke 2-4 Masehi, dan pada hasil Analisa batu bata Abad ke 7-10 Masehi, pada sisi lain menunjukan Abad ke 12 Masehi, jadi Candi Blandongan digunakan dari abad ke 2-12 Masehi, pada Candi Blandongan inilah membuktikan bahwa Bangsa Indonesia sudah mengenal Teknik Pembuatan Gerabah, Beton Cor sampai ke Hubungan Luar Negeri dari Abad ke 2-12 Masehi.Lokasi : Desa Segaran, Kecamatan Batujaya, Kabupaten KarawangJarak : 45 km dari Pusak Kota Karawang

Temuan Peninggalan Purbakala
Lokasi : Musium Purbakala, Desa Segaran, Kecamatan Batujaya, Kabupaten KarawangJarak : 45 km dari Pusat Kota Karawang
Situs KUTA TANDINGAN
Situs Kuta Tandingan diperkirakan merupakan meninggalan Kerajaan kecil dalam Kekuasaan Kerajaan Pajajaran, yang bernama Kerajaan Kuta Tandingan Jaya yang diperintah oleh Patih Panatayuda, dibantu oleh Patih Purnakuta dan Patih Mangkubumi dengan penasehat Pamanah Rasa dan Jaksa Imbang Kencana.Menjelang keruntuhan Pajajaran Kerajaan Kuta Tandingan Jaya melepaskan diri atau diambil alih oleh tentara Kesultanan Banten yang dipimpin oleh Syech Maulana Yusuf, sebab pada tahun 1626 daerah Udug - udug dijadikan Markas Tentara Kesultanan Banten dibawah pimipinan Pager Gunung atau lebih dikenal dengan Pangeran Puger, daerah Udug - udug merupakan tempat yang strategis untuk pengawasan lalu lintas perahu di Sungan Citarum, dari daerah ini Pasukan Tentara Kesulatanan Banten menyerang Sumedang Larang juga merupakan Pos Pertahanan untuk menangkal serangan balik dari Sumedang Larang dan Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Sultan Agung. Di daerah ini Banyak ditemukan goa - goa Vertikal atau biasa disebut Luweng, yang belum dijamah ataupun diteliti kedalamannya.Lokasi : Desa Mulyasejati, Kecamatan Ciampel, Kabupaten KarawangJarak : 38 km dari Pusat Kota Karawang

Situs CIBUAYA I
Situs Cibuaya adalah Situs peninggalan Megalitikum, ini terbukti dengan adanya Batu Lingga yang berdiri tegak diatas susunan batu bata besar berukuran 9 x 9 m, Masyarakat setempat menyebutnya Lemah Duhur Lanang (laki-laki).Sedangkan Yoni yang tersisa hanya Fondasinya saja yang berukuran 6 x 6 m, dan Masyarakat setempat menyebutnya Lemah Duhur Wadon (perempuan).Dari Situs ini pada Tahun 1952 ditemukan Arca Wisnu bergaya Pala India, diperkirakan dibuat pada Abad 7-8 M dinamakan Arca Wisnu Cibuaya I, Tahun 1972 ditemukan lagi Arca Wisnu dengan motif yang sama namun diperkirakan dari Abad ke 8-10 M dinamakan Arca Wisnu Cibuaya II, dan pada Tahun 1975 ditemukan lagi Arca Wisnu Cibuaya III, kini ke 3 Arca tersebut disimpan di Musium Nasional Jakarta.Lokasi : Desa Cibuaya, Kecamatan Pedes, Kabupaten KarawangJarak : 30 km dari Pusat Kota Karawang

Tuggu Kebulatan Tekad



Tugu Kebulatan Tekad Rengasdengklok dibangun untuk mengenang Kebulatan Tekad Pemuda dan Pejuang serta Tokoh - tokoh Bangsa ini untuk merebut dan melepaskan Tanah Air dari kungkungan penjajah, menuju Negara yang Merdeka.Tugu ini dibentuk tangan kiri yang mengepal tinju yang diartikan untuk melawan, sedangkan tangan kanan tidak dilukiskan karena memegang senjata atau bambu runcing.di Rumah Djiaw Kie Siong inilah Bapak Bangsa Soekarno-Hatta para Tokoh Pemuda dan Pejuang merumuskan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.Lokasi : Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten KarawangJarak : 20 km dari Pusat Kota Karawang

Wista Sejarah Perjuangan


Monumen RAWAGEDE
Monumen ini didirikan untuk mengenang tewasnya 200 Orang warga sipil yang teguh mempertahankan tempat persembunyian Pejuang, Kemerdekaan demi tercapainya Kemerdekaan Republik Indonesia.Dalam diorama ini digambarkan kebiadaban dan kekejaman Tentara Belanda membantai Rakyat yang tak berdosa, termasuk diantaranya anak - anak dan perempuan.Dilingkungan Monumen ini terdapat 200 Makam Rakyat yang rela mati demi tercapainya Kemerdekaan.Lokasi : Kecamatan Rawamerta, Kabupaten KarawangJarak : 10 km dari Pusat Kota Karawang

Situs Candi Tertua di Karawang


Dalam perjalanan sejarahnya, Karawang menyimpan banyak bukti-bukti peninggalan kejayaan peradaban masa lalu, ditemukannya lokasi percandian di Batujaya yang dipercaya sebagai bukti peninggalan kerajaan Tarumanagara abad 2 Masehi, adanya kuil Sin Jien Ku Poh di Tanjungpura yang berdiri sejak Abad 7 Masehi, kemudian ditemukannya situs lain di Desa Dongkal Kecamatan Pedes sebagai bukti peninggalan suku Buni atau dikenal dengan Proto Malayu dan lainnya.Pada periode tahun 1980-an sebelum industrialisasi masuk ke Karawang, ada satu daerah yang dikenal dengan sebutan "batu tulis", di sana terdapat peninggalan berbentuk prasasti yang tertulis, namun sampai saat ini keberadaan prasasti itupun tidak lagi diketahui.Karawang Pangkal Perjuangan, slogan itu membuktikan bahwa di daerah ini ribuan tahun yang lalu pernah terdapat komunitas masyarakat peradaban yang merupakan cikal bakal lahirnya generasi kita, maka sewajarnya kita melestarikan dan menjaganya karena kita adalah pewaris kejayaan masa lalu
Selain terkenal dengan sebutan lumbung padinya Jawa Barat, dewasa ini seiring dengan diketemukannya kompleks percandian di dua lokasi terpisah yakni Batujaya dan Cibuaya, Kabupaten Karawang mendapatkan predikat baru sebagai lumbung candi di Jawa Barat, mengingat hasil temuan candi disana lebih luas diantara lokasi-lokasi lainnya di provinsi penyangga ibu kota DKI Jakarta ini.Saya tidak akan menjelaskan terlalu jauh tentang seluk beluk dan nilai-nilai arkeologis dan sebagainya, karena seyogyanya jauh sebelum saya menulis tulisan ini, beberapa tulisan mengenai candi ini baik dari peneliti, sejarawan, pengamat sampai budayawan telah ramai mengiringi kepopuleran candi ini, khususnya diawal tahun 2000.Yang saya akan lebih kedepankan adalah, bagaimana dengan sekarang?!Banyak hal yang diteliti, banyak kesimpulan dan spekulasi kenyataan yang diterbitkan mengenai situs Batujaya dan Cibuaya di Karawang ini, bukan hanya oleh peneliti dan ilmuan dalam negeri bahkan juga dari luar, diantaranya Belanda dan Perancis. Sejumlah penelitian itu seakan membuka harapan bahwa tabir misteri yang menyelimuti sejarah kepurbakalaan Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Dan memang benar ternyata sedikit demi sedikit mulai terjawab. Nama Tarumanegara muncul sebagai kerajaan yang berkuasa saat dibangunnya percandian yang terbesar di Jawa Barat ini (minimal sampai belum diketemukan wilayah lainnya), kemudian muncul juga kesimpulan bahwa candi ini dibangun sekitar abad 2 Masehi, jauh lebih tua dibandingkan candi di Jawa Tengah semisal Borobudur (abad 8 M) yang menjadi salah satu dari delapan keajaiban dunia, dan tentu saja kesohor didunia.Sejumlah penelitian sudah dilakukan, sejumlah kesimpulan sudah dikedepankan, maka selesai sampai disitu. Tinggal menunggu penelitian lanjutan yang dimunculkan dari kesimpulan sebelumnya, karena seperti itulah sejarah diupayakan menjadi sejarah, terus direvisi mendekati kesempurnaan yang sesungguhnya diragukan. Ya, selesai sampai disitu, kemudian tinggalkan lokasi, semuanya berkumpul di laboratorium untuk mengambil bukti-bukti yang ditemukan dilokasi demi kepentingan penelitian, nah lalu bagaimana dengan lokasinya?Pertanyaan terakhir itu yang kemudian mendorong saya untuk menulis tulisan ini. Dipenghujung 2006 lalu, tepatnya pasca hari raya Idul fitri, singkat cerita saya berkunjung ke lokasi percandian Batujaya yang sohor itu, melewati perjalanan yang lumayan melelahkan, macet tentu saja walaupun tidak terlalu parah, banyak kendaraan yang tampaknya memiliki tujuan yang sama, beberapa diantaranya tampak berlawanan arah, rupanya tengah menuju arah pulang. Namun, beberapa kendaraan yang saya yakini adalah para wisatawan lokal terus melaju kearah lain ketika saya berbelok kesebuah jalan dimana tertera “Candi Jiwa” yang berada di desa Segaran kecamatan Batujaya –ya saya berbelok kearah jalan itu karena itulah tujuan saya, namun mereka tidak berbelok, mereka terus lurus, dan saya langsung berkesimpulan waktu itu bahwa bukan ke kompleks percandian ini arah wisata mereka tapi ke pantai Pakisjaya yang memang berada tidak jauh. Maka saya lanjutkan perjalanan, dan sampailah dilokasi yang dimaksud. Terletak ditengah hamparan pesawahan yang ditanami padi yang sudah mulai berbuah, candi yang dinamai candi Jiwa tampak gagah menantang langit. Berjarak ± 5 petak sawah, terdapat candi Blandongan yang dibentengi oleh seng, ternyata masih mengalami proses pemugaran. Dua candi itulah yang saya temukan, selebihnya saya tidak menemukan gerombolan wisatawan disana, yang ada hanya empat orang muda-mudi yang tengah bercengkrama, itupun saya yakini dari logat bahasa mereka adalah penduduk setempat. Setelah puas melihat-lihat dan berfoto-foto, maka saya keluar lokasi pesawahan itu dan berusaha mencari narasumber untuk saya tanyai seputar candi tersebut, dan bersyukur ketika disebuah rumah yang tidak jauh dari pintu masuk lokasi yang dijaga sejumlah anak kecil yang meminta iuaran masuk tanpa karcis yang entah kemana jalur pengelolaannya, maka saya bertemu dengan juru pelihara situs yang juga disebut kuncen, dan dimulailah percakapan yang juga direkam dengan Mini-DV yang saya bawa dengan tujuan awalnya yakni membuat film dokumenter tentang percadian di Karawang. Dan dari obrolan atau wawancara singkat itu saya mendapatkan banyak keterangan bukan hanya mengenai sang candi dan bagaimana berjalannya proses penelitian yang telah dilakukan dilokasi tapi juga saya diajak kesebuah gudang yang sebelumnya terkunci, sebuah ruangan ± 6 X 5 Meter yang di dalamnya terdapat fosil manusia, tembikar, dan berbagai jenis bebatuan yang diketemukan di lokasi yang masih terbungkus. Ternyata benda-benda itu belum mendapatkan tempat yang layak, masih ditumpuk. Adapun museum yang juga berada di desa Segaran itu yang terletak tidak jauh dari lokasi candi, tampak tutup, karena libur lebaran, sedikit aneh, padahal saya berpikir ini adalah lokasi wisata dimana umumnya buka di hari libur, karena dihari liburlah sebuah tempat wisata dikunjungi dengan ramai. Ya entahlah, yang pasti hilang kesempatan saya waktu itu untuk melihat apa saja yang ada di museum itu. Di hari berikutnya saya kembali menuju lokasi lain, yakni percandian di desa Cibuaya, seperti halnya perjalanan menuju Batujaya, keramaian tetap ada, bahkan jalan lebih ramai, karena ada dua lokasi pantai yang bisa dituju, yakni pantai Samudera Baru dan pantai Pisangan di kecamatan Pedes. Dan perkiraan saya tepat, mereka kebanyakan memang menuju dua lokasi tersebut, bukan ke lokasi candi Cibuaya. Dan yang sangat saya sayangkan ketika ternyata penduduk dilokasi sana tidak banyak yang mengetahui letak candi yang saya tuju didesa mereka, beberapa orang yang saya tanya di pasar yang berada didesa tersebut malah bertanya-tanya kalau didesa mereka ada situs purbakala. Aneh, ya memang aneh tapi itulah kenyataannya. Kantor desa masih tutup karena memang masa libur lebaran, jadi tidak ada yang bisa saya tanyai secara langsung, dan untungnya setelah mondar mandir mencari pentunjuk saya bertemu dengan penduduk yang tahu maksud saya, dan menunjukan dimana lokasi yang saya tuju, itupun dia tidak yakin kalau merupakan candi, dia hanya bilang bahwa tempat itu memang sering dikunjungi orang luar terutama yang mengaku ilmuan dan petugas pemda. Ya tidak salah lagi, itu memang tempatnya, simpul saya berdasarkan petunjuk juru pelihara situs di Batujaya sebelumnya.Luar biasa terkejut, ketika yang saya dapatkan hanya sebuah unur (gundukan tanah) ditengah hamparan sawah, dimana di atas unur itu berada tumpukan bata yang sudah berantakan tidak dirawat, apalagi dipagar, beberapa petani yang saya temui ketika tengah beristirahat di unur itu malah terheran-heran dan memiliki kisah atau cerita lain mengenai tumpukan bata yang dimaksud, mereka memang mengakui bahwa tempat itu adalah tempat keramat yang turun temurun dari nenek moyang atau sesepuh disana, tapi mereka sendiri tidak yakin bahwa tumpukan candi itu adalah sebuah candi peninggalan abad ke 2 Masehi. menurut seorang petani yang saya wawancarai, dahulu memang banyak unur di lokasi pesawahan ini, tapi kebanyakan sudah rata dengan tanah pesawahan, sudah dijadikan lahan pertanian, yang tertinggal hanya dua unur yang katanya dilarang digarap, karena sudah di ambil alih oleh pemerintah. Dan diantara mereka juga ada yang ingat, kalau dulu ada cerita bahwa dilokasi pesawahan diketemukan sebuah mahkota yang terbuat dari emas oleh seorang petani. Tapi cerita tentang kerajaan atau candi, mereka tidak tahu dengan pasti. Ya, kembali inilah kenyataannya. Selang satu minggu, saya beranjak ke kantor Dinas Penerangan Pariwisata dan Budaya Kabupaten Karawang untuk melengkapi film dokumenter yang saya buat, dan akhirnya bertemu dengan seoarang petugas tepatnya yang bertugas dibidang pariwisata, dikesempatan itu saya bertanya mengenai perhatian pemerintah akan dua lokasi percandian dan rencana kedepannya untuk peninggalan masa lalu itu, dan alangkah kagetnya ketika saya mendapatkan jawaban bahwa pihak pariwisata tidak tertarik mengelola tempat itu karena katanya tidak memiliki prosfek bisnis yang cerah, dibandingkan lokasi-lokasi pantai yang sudah terbukti mendatangkan pemasukan ke kas Pemkab. Apalagi, menurutnya sama sekali candi tersebut tidak menarik, hanya tumpukan bata semata. Lagi-lagi itulah kenyataannya. Candi Batujaya dan Cibuaya kondisinya kiniKomplek percandian Batujaya menurut data yang saya temui berada dalam radius 5 hektare dan terdiri dari 24 lokasi candi, 13 lokasi berada di Desa Segaran Kecamatan Batujaya dan sisanya 11 lokasi di Desa Telagajaya Kecamatan Telagajaya yang memang berbatasan dengan Desa Batujaya. Dari 24 lokasi ini, baru 10 lokasi yang digali dan diteliti dan baru 2 candi yang dipugar, serta baru satu yakni candi Jiwa yang sudah rampung, satunya lagi candi Blandongan belum rampung. Diyakini kompleks pencandian ini adalah berlatarkan agama Buddha. Situs percandian Batujaya ini diketemukan pertama kali pada 1984 oleh tim arkelogi Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Kemudian dipugar untuk pertama kalinya tahun 1996.Sedangkan di kompleks Cibuaya, para peneliti menemukan 3 buah arca Wisnu dari 7 reruntuhan yang diketemukan. Dan yang masih tersisa dalam bentuk unur hanyalah candi Lemah Duhur Lanang dan Lemah Duhur Wadon. Dua nama ini mengandung arti, lemah berarti tanah, duhur berarti tinggi, sedangkan lanang berarti laki-laki dan wadon adalah perempuan. Jadi lemah duhur lanang artinya tanah tinggi laki-laki ditandai dengan banyaknya pepohonan yang tumbuh dan lemah duhur wadon berarti tanah tinggi perempuan karena tidak atau jarangnya pohon yang tumbuh. Kedua lokasi ini sama sekali terbengkalai pasca diambilnya harta-harta peninggalan dan barang bukti. Penemuan arca Wisnu dilokasi ini mengisyaratkan bahwa agama Hindu-lah yang melatarbelakangi komplek percandian ini. Sejarah masa lalu komplek percadian Batujaya dan Cibuaya mulai disusun, beberapa kesimpulan sudah diketengahkan, tapi marilah kita juga mencatat untuk sejarah bahwa di abad ini, atau tepatnya periode sekarang umat manusia atau sebuah bangsa membengkalaikan peninggalan masa lalunya. Ya ini adalah sebuah kenyataan, bukan spekulasi ketika kita melihat kenyataan bahwa komplek percandian di kabupaten Karawang mulai ditinggalkan setelah assetnya diambil dengan latar belakang penelitian. Padahal jika kita prospekan kedepannya, kedua kompleks percandian yang terbesar di Jawa Barat ini memiliki potensi yang besar untuk dijadikan lokasi wisata sejarah yang luar biasa, bukan saja akan menguntungkan secara materi baik bagi masyarakat sekitar ataupun pemerintah, tapi juga demi kelestarian sejarah bangsa, apalagi situs ini adalah peninggalan abad ke-2 Masehi yang jauh lebih tua dibandingkan candi Borobudur yang ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun internasional. Dan jika mengaca kesuksesan Borobudur, seperti yang bisa kita baca di buku ‘Borobudur’ karangan Daoed Joesoef mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Pembangunan III (1978-1983) terbitan Kompas 2004, tentang bagaimana perjuangan untuk mengembalikan Borobudur, hingga akhirnya seperti yang bisa kita lihat dan nikmati sekarang, maka memang dibutuhkan banyak pengorbanan, banyak biaya, tidak semata-mata diukur pada untung rugi untuk mengelolanya tapi lebih kepada upaya penyelamatan sebelum benar-benar punah.Bahkan menurut juru pelihara situs dilokasi Candi Batujaya, lokasi ini seharusnya bisa menyaingi Borobudur, tidak tanggung-tanggung jika cerdik, bisa saja dibuat lokalisasi wisata dimulai dari monumen proklamasi ‘kebulatan tekad’ di Rengas Dengklok, pantai Pakisjaya dan komplek Percandian Batujaya dan Cibuaya, ini akan menjadi lokasi wisata yang luar biasa. Namun secara modal atau pengorbanan pun tentu saja akan lebih besar, terutama dalam pembebasan tanah penduduk, yang untuk komplek percandian Batujaya saja idealnya harus membebasakan minimal 5 X 5 KM tanah yang dominannya adalah areal pesawahan yang secara harga tentu sangat mahal, karena merupakan lahan produktif. Diperkirakan untuk pemugaran, penataan dan pembebasan tanah memerlukan dana ± 4 triliyun rupiah. Itulah kenyataannya, banyak hal yang bisa dilakukan, tapi banyak hal pula yang menjadi rintangan, tapi upaya itu sedikit demi sedikit sebenarnya sudah harus dilakukan, minimal adalah perlindungan dan pemagaran pada setiap lokasi candi ditiap unur (yang sudah diteliti sebelumnya) supaya tidak dirusak oleh binatang liar ataupun orang-orang yang tidak bertanggung jawab atau malah orang yang tidak tahu menahu bahwa tumpukan bata itu adalah peninggalan sejarah seperti di komplek Cibuaya. Dan upaya ini harus dilakukan bersama-sama oleh pemerintah pusat, Pemkab Karawang juga aparatur kecamatan dan desa yang ada didua lokasi ini serta tentunya melibatkan masyarakat setempat.

Rabu, 30 Juli 2008

Objek Wisata Pegunungan di Karawang


Objek Wisata Pegunungan
Karawang juga memiliki objek wisata alam pegunungan yang cukup luas, daya tarik wisata pegunungan ini adalah terdapatnya beberapa air terjun alam yang disebut dengan Curug, yaitu Curug Cigentis, Curug Santri, Curug Bandung, Curug Lalay dan banyak lagi pada sekitar tahun 1990-an objek wisata ini banyak dikunjungi wisatawan dari dalam dan luar daerah, namun sekarang ini objek wisata tersebut relatif kurang pengunjungnya dan pemerintah Kecamatan Tegalwaru telah mencanangkan program wisata unggulan di wilayah ini untuk menarik kembali para wisatawan yang ingin berkunjung ke wilayah ini. selain itu di wilayah ini pun banyak terdapat Vila yang disewakan untuk para pengunjung, umumnya pengunjung yang berdatangan ke lokasi ini setiap hari minggu sekedar menikmati pemandangan alam dan tidak jarang yang kemudian berkemah di lokasi perkemahan pramuka dan tempat sarana latihan Militer yang terdapat di sana

Potensi Tempat wisata Dikarawang


Kabupaten Karawang memiliki banyak objek yang dapat dijadikan sebagai tujuan wisata keluarga, meskipun keberadaan objek wisata tersebut relatif masih belum dikelola secara optimal, bahkan sebagian lagi mulai terancam pengrusakan dan nyaris akan hilang, keberadaan objek wisata alam misalnya yang terdapat di dua wilayah berbeda misalnya wisata bahari di sepajang jalur utara Kabupaten Karawang dan Wisata Gunung Hutan di sepanjang jalur Selatan, berikut sekilas gambaran objek wisata di Karawang
Wisata Bahari Tanjung Pakis Karawang
Objek wisata ini terletak di ujung sebelah utara Karawang yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bekasi, lokasinya terletak di Desa Tanjung Pakis, jarak dari kota ke lokasi ini cukup jauh jika dengan menggunakan sepeda motor dibutuhkan waktu sekira 1 jam untuk mencapai lokasi wisata ini, Tempat ini demikian nyaman, dan telah dikelola secara profesional oleh perusahaan pariwisata PT. JHI sejak tahun 2000 an yang lalu, rata-rata pengunjung yang datang ke lokasi ini tidak kurang dari 1000 orang setiap bulannya dan ini merupakan salah satu objek wisata unggulan Kabupaten Karawang
Objek Wisata Bahari Pantai Pisangan
sama seperti objek wisata tanjungpakis, wisata bahari di Pisangan juga memiliki daya tarik pantai yang sama bagusnya, Lokasinya terletak di sebelah utara Karawang di Kecamatan Pedes, lokasi ini tampaknya masih belum dikelola secara optimal mengingat tepi pantai yang relatif lebih sempit jika dibandingkan dengan pantai Tanjungpakis.
Wisata Bahari Tanjung Baru
Lokasi objek wisata ini berada di Kecamatan Cilamaya, jalur menuju ke pantai ini lebih dekat dari arah Cikampek. Kondisi pantai ini lumayan baik karena pada masa jabatan Bupati Ahmad Dadang lokasi ini di bangun dan dicanangkan sebagai objek wisata unggulan Kabupaten Karawang.

KONSEP BARU PANTAI TANJUNG PAKIS di KARAWANG

Humas Potensi wisata pantai yang sangat besar di Kabupaten Karawang mulai menarik investor untuk ikut memajukan pariwisata di Karawang. Salah satunya adalah PT. Gusswara Musica Entertainment yang akan mencoba membangun sebuah kawasan pantai wisata yang bertaraf internasional di Pantai Tanjung Pakis Kecamatan Pakisjaya. Guna mendukung upaya tersebut, Direktur Utama PT. Gusswara Musica Entertainment, H. Agus Winarto, M.Sc memaparkan konsep Pantai Wisata Tanjung Pakis di hadapan para pejabat di Aula Gedung Singaperbangsa Pemda Karawang, Jumat (24/6).Dalam kesempatan tersebut, Kepala Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Kabupaten Karawang, Ir. Iman Sumantri mengatakan bahwa seiring dengan semakin tingginya minat wisatawan untuk berkunjung ke Pantai Tanjung Pakis, untuk itu perlu dikaji mengenai ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan keinginan wisatawan dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat lokal.Sebagaimana telah diketahui sebelumnya, lanjut Iman Sumantri, obyek wisata Pantai Tanjung Pakis lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan dari golongan menengah ke bawah. Disamping itu, kurangnya sosialiasasi menyebabkan adanya pungutan ganda yang memberatkan wisatawan yang ingin mengunjungi kawasan Pantai Tanjung Pakis. “Selain itu, ada hal lain yang perlu diperhatikan bahwa kehadiran obyek wisata pantai ini tentu harus juga memperhatikan aspek teknisnya terutama diasana harus tersedia P3K, sanitasi lingkungan, maupun korps kesehatan. Hal ini karena apabila obyek wisata tidak terkendali, kawasan wisata dapat berubah menjadi tempat-tempat maksiat,” tambah Iman.Sementara itu, H. Agus Winarto dalam paparannya menyampaikan bahwa Pantai Tanjung Pakis setelah dianalisis ternyata memiliki beberapa potensi yang baik. Dimana potensi tersebut diantaranya adalah potensi pengembangan wilayah, pengembangan ekonomi, pengembangan sentra bisnis dan manufaktur, pengembangan pariwisata, interaksi sosial, pelayanan jasa, sampai dengan tingkat proyeksi pertumbuhan yang mencapai 15% per tahun.PT. Gusswara Musica Entertainment, lanjut Agus akan mengucurkan investasi dengan nilai total sebesar Rp 26.771.121.625 atau Rp 26 milyar lebih. Dana tersebut akan digunakan untuk pembangunan aset-aset komersial sebanyak Rp 11.395.885.625. sementara untuk pembangunan aset-aset non komersial, diperkirakan akan memakan biaya sebesar Rp 15.375.236.000. Perkiraan nominal biaya ini sendiri dihitung berdasarkan Keputusan Bupati Karawang mengenai satuan harga barang dan jasa di APBD tahun 2006.Pembangunan aset-aset komersial sendiri diantaranya adalah gerbang pintu masuk, Billboard, kios pasar wisata, MCK komunal, perahu wisata, pondok wisata, front office dan restoran, lapangan bola voli, gedung serba guna serta tempat bermain anak. Sedangkan untuk pembangunan aset-aset non komersial, PT. Gusswara Musica Entertainment akan melakukan pengaspalan jalan, pembangunan pos penjaga pantai, tempat istirahat, tempat bilas, penyambungan jalan, jembatan, dermaga perahu, batu pemecah ombak, penerangan jalan umum, penghijauan dan tanaman, sarana air bersih, serta pusat informasi, keamanan, dan kesehatan.

Selasa, 15 Juli 2008

Kawah Putih - Ciwidey of South Bandung

Far to the south of Bandung, the hill becomes greener. The fresh air flows through the bamboo trees marching along the way. Kawah Putih, The White Crater, is waiting for you who want to contemplate there.Surounded by the tea plantation, Kawah Putih is a very prospectuous tourist's destination in West Java - Indonesia. Located at about 30 km to the south of Bandung, Kawah putih is relatively easy to be reached. But, driving bu your own car is recommended, it's convenience because along the way, you can stop by to just take a rest, or buy strawberry which can be easily found in this area. Fresh and considerably cheap.panorama kawah putih is very beautiful.

Ciwidey

Visit the montane area in the south, and you can enjoy the exotic panorama and the fresh, cold mountain air.
The forests and tea plantations are more lush than those in the north, and offer an opportunity for natural adventures that will relieve your fatigue. Cellular signals are generally absent in the area, so you can rest assured that nobody will disturb your holiday.
The southern tourist area of Ciwidey is located about 35 kilometers from downtown Bandung, and is quite accessible. From Jakarta, head to Bandung and get on the road toward Cileunyi at the Padalarang toll gate. Exit at the Kopo toll gate and turn right, then head straight until you pass Soreang on your way to Ciwidey.
Along the Ciwidey road leading to the area’s tourist hub, you can stop briefly on the way to pick strawberries at one of a dozen strawberry orchards. At a price of Rp 20,000 to Rp 40,000 per kilogram, you can pick your fill of fresh, ripe strawberries.Roadside vendors selling strawberry jam and syrup also line the route.
The first interesting site — and the favorite among visitors — is the Kawah Putih (White Crater), which looks like a lake surrounded by mountains. The water is warm and has a high sulfur content, and the sun’s rays frequently change the color of the water from milky white into bluish green.
The Kawah Putih is formed by the active volcano of Mount Patuha, situated 2,343 meters above sea level. This crater is more famous than Kawah Saat to the west of Patuha. Both craters were formed between the 10th to 12th centuries by the eruption of Mount Patuha.
The beauty of the crater was brought to light by Dutchman Franz Wilhelm Junghuhn, who exposed it to the public in 1837.
History also records that the Dutch built Zwavel Otgining Kawah Putih, a sulfur factory, in the area. During the Japanese occupation of 1942-45, the factory assumed its Japanese name, the Kawah Putih Kenzanka Gokoya Ciwidey.
Today, visitors to Kawah Putih can wade in the waters of Kawah Putih to cure minor dermatological diseases.
To visit Kawah Putih, make sure that you get there before 10 a.m., because a mist descends in late morning, especially during the rainy season. The thick mist can obscure the beautiful panorama around the crater lake, the banks of which resembles a sandy beach.
Here, strawberries can be bought for less than if you picked them yourself. Half a kilogram of strawberries costs between Rp 5,000 and Rp 10,000. In addition, you can also buy pepino fruit for Rp 5,000 per kilogram. This fruit, which resembles a pear or an eggplant in shape, tastes like a melon. The vendors usually tell you that a pepino is good for lowering high blood pressure or high blood sugar.
At Kawah Putih, you can also find a number of stalls selling bandrek, a traditional Sundanese beverage made of ginger and brown palm sugar. This beverage is highly suitable for cold weather, as drinking bandrek will warm your body. The most famous bandrek is the Abah bandrek, made by an old man who is a Ciwidey native.
To the side of the entrance to Kawah Putih is a track for All Terrain Vehicles (ATVs), which you can drive for Rp 25,000 a person.
Leaving Kawah Putih, you can visit Rancaupas where deer are bred in captivity. Rancaupas, also a camp site, is located about 1 kilometer from the crater.
The captive breeding of Sambar deer (Cervus unicolor), which can usually be called by whistling to them, was begun in 1980 by the area’s tourism management, the West Java-Banten Forestry Unit III. The deer live on a plot of some 3.6 hectares, and visitors can watch them from beyond the property’s wire fence in special huts.
After the deer, visitors can head to Cimanggu and Rancawalini — the latter also known as Ciwalini — which have public hot-water pools to relieve fatigue.
An entrance ticket to a tourist site in Ciwidey costs on average Rp 5,000 per person and an added fee of Rp 10,000 per vehicle if you go by car.
The public pools at Cimanggu and Ciwalini, which both draw their hot water from Mount Patuha have an entrance fee of Rp 5,000. Private pools are available for another Rp 5,000.
A common sight at the hot-water pools are women and men massaging their bodies in the water. Just like the water in Kawah Putih, the sulfur in the hot-water pools is believed to be effective in curing rashes.
Further down the road from the pools is the tea plantation owned by PTPN VIII, which spans a vast area — a lush, green panorama to enjoy all day, and free of charge. Hundreds of local workers can be seen picking tea leaves here from morning to early afternoon.
You can then proceed on your journey to Situ Patengan, which is known to many Sundanese as Patenggang. Situ is a Sundanese word meaning lake.
The local legend of star-crossed lovers Prabu Ki Santang and Dewi Rengganis adds another level of attraction to the lake. Legend has it that the two lovers were separated and sought each other for many, many years. This “seeking” is called pateang-teang in Sundanese, and Patengan is thought to derive from this word.
It is said the tears that flowed from the lovers pooled to form the lake, and the spot where Santang and Rengganis were finally reunited is marked by a “love stone”. The stone has raised many a visitor’s curiosity, as it is rarely visible.
Boats are available at Rp 5,000 per person for visitors to sail to the center of the lake, while others enjoy water-biking at Rp 10,000 an hour for one.
The lake, which is relatively clean and well maintained, faces the problem of sedimentation during the dry season, which can cause the lake to decrease in depth by 10 meters. The sedimentation is caused by upstream damage to the Cirengganis River, which has loosed dirt and is carried downstream as mud to be deposited on the shores of the lake.
Situ Pateng, which measures about 45,000 hectares, is part of a nature reserve spanning 123,000 hectares.
While northern Bandung attracts over 20 million tourists a year, the south is not yet popular. Due to the lack of promotion, theBandung municipal tourism office records only 3.2 million tourists annually to the natural tourism destinations in Ciwidey and its surrounding area — considered an economic engine for the people of southern Bandung.
“You can get (to Ciwidey) from three places: Buah Batu, Mohammad Toha and Kopo. These areas are usually heavily congested,” said the father of two from Cigadung in the Dago area of Bandung. “We usually feel reluctant to go through traffic jams, as it consumes a lot of time and gasoline.”
In the meantime, the municipal administration is still waiting for investors for the Soreang-Pasirkoja (Soroja) toll road, the construction of which is expected to open access to the Ciwidey tourism area.

Mounth Patuha Volcano

Patuha volcano is located SW of Bandung and contains two craters 600 m apart. Lahar deposits have been found 20 km NE of the volcano.Two craters adorn the summit of Patuha Volcano. The dry crater of Kawah Patuha lies 600 meters northwest of Kawah Putih, a crater lake with approximately 8 meters of water depth. Kawah Putih crater lake represents a relatively stable volcanic system, with no records of magmatic or phreatic activity since A.D. 1600. Nevertheless, magmatic activity manifests itself in Kawah Putih as the hyperacid lakewater solution that results from condensation of SO2, H2S, and HCl gases near the lake bottom.

Mount Ratuha and Kawah Putih

Mount Patuhu is located southwest of Bandung, Kawah Putih is a lake on this mountains is sometimes pale turquoise, or as it's name says white. The direction is drive to Ciwidey. Kawah Putih can easy be reached by car all the way to the rim and then it is a 100 meter walk to the lake it self. It is a very nice colorful lake. Far to the south of Bandung, the hill becomes greener. The fresh air flows through the bamboo trees marching along the way. Kawah Putih, The White Crater, is waiting for who want to contemplate there.
Two craters adorn the summit of Patuha Volcano. The dry crater of Kawah Patuha lies 600 meters northwest of Kawah Putih, a crater lake with approximately 8 meters of water depth. Kawah Putih Crater Lake represents a relatively stable volcanic system, with no records of magmatic or phreatic activity since A.D. 1600. Surrounded by the tea plantation, Kawah Putih is a very prospectors tourist's destination in West Java - Indonesia. Located at about 30 km to the south of Bandung, Kawah putih is relatively easy to be reached. But, driving bu your own car is recommended, it's convenience because along the way, you can stop by to just take a rest, or buy strawberry, which can be easily found in this area. Fresh and considerably cheap.
kawah putih is the baseh.